Omnichannel : Kebutuhan Retail masa depan


Pernahkah anda bepergian selama pandemi?

Di masa yang minim informasi tersebut, pemerintah Indonesia sedang ketat-ketatnya melaksanakan protokol. 

Ketika anda ingin melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, ada banyak persyaratan yang harus anda penuhi.


Menjelang keberangkatan:

  • Siapkan surat sehat, hasil test covid, surat perjalanan instansi, data diri

  • Hadir minimal 3 jam sebelum penerbangan

  • Antrian pemeriksaan persyaratan yang bisa mencapai 2 jam 

Setelah mendarat:

  • Pengisian E-HAC. Bisa menggunakan form Online ataupun form Offline 

  • Antrian penyerahan E-HAC.

Imbas dari penerapan kebijakan tersebut?
Waktu total perjalanan meningkat hingga 2x lipat
Setelah semua usaha diatas, pemerintah pun masih belum berhasil untuk memastikan para pelancong mematuhi itenarary yang mereka buat sendiri


Hingga beberapa bulan kemudian, hadirlah persyaratan terintegrasi PeduliLindungi!

Bagaimana proses keberangkatan setelah adanya Persyaratan perjalanan yang terintegrasi Peduli Lindungi?

  • Anda masih harus test kesehatan, tapi tidak perlu membawa/menunggu print out hasil. 

  • Banyak titik pemeriksaan persyaratan perjalanan self service. TIdak ada lagi antrian mengular, cukup memasukkan ID anda maka si petugas sudah bisa memastikan apakah anda layak terbang atau tidak

  • Anda bisa mengisi rencana (EHAC) perjalanan sebelum anda terbang dan tinggal melakukan scanning QR code ketika tiba

  • Perjalanan anda menjadi lebih terencana, pemerintah bisa mendapatkan data akurat mengenai perjalanan anda.

Walaupun belum 100% normal, namun tetap menerapkan protokol yang sama dengan penghematan waktu hingga 120 menit merupakan sebuah prestasi! 



Apa yang menyebabkan PeduliLindungi menjadi sangat membantu?

→ Sistem yang terintegrasi dengan laboratorium penyedia jasa test covid

Centralized database yang dapat diakses oleh beberapa pihak yang ditunjuk secara resmi

→ Sistem Identifikasi yang diterima secara universal: QR Code, sehingga mudah dideteksi

Ketahuilah, apabila anda sudah pernah merasakan teknologi PeduliLindungi, anda baru saja merasakan implementasi OMNICHANNEL.



Apa itu sebenarnya Omnichannel?


Omnichannel (ID: Omni-Saluran) adalah sebuah konsep yang menitikberatkan pada kemulusan dan kelancaran pelanggan dalam berinteraksi secara digital.


Berdasarkan riset yang dilaksanakan oleh HBR [1] terkait dengan retail, 73% dari pelanggan umumnya pernah merasakan berbelanja dari berbagai channel. Secara kebiasaan, pelanggan tidak menutup diri untuk berinteraksi/berkomunikasi melalui beberapa channel sekaligus. 

Berdasarkan pengalaman rakyat Indonesia di PeduliLindungi, secara massal kita sudah dikenalkan dengan konsep omnichannel. 

Dimana pengguna disini mendapatkan kemudahan untuk bisa mengakses beberapa fasilitas sekaligus dengan mudah, hanya menggunakan satu portal yang sudah terintegrasi dengan portal-portal lain, yaitu peduli lindungi. 


Apa efeknya? 

  • Proses administrasi yang lebih singkat (e.g Pendaftaran, Pembayaran) 

  • Akses data yang mudah dijangkau (PeduliLindungi bisa diakses dari berbagai macam gawai)

  • Fleksibilitas dalam memilih channel untuk bertransaksi/berkomunikasi

Mengapa Omnichannel penting untuk bisnis?

Pada dasarnya, implementasi omnichannel dalam bisnis itu bertujuan untuk memberikan Brand exposure seoptimal mungkin untuk customer. 

Dari sisi customer, sistem omnichannel yang baik diharapkan dapat memberikan pengalaman bertransaksi yang mulus dalam setiap kesempatan. 

Pada sisi inilah Omnichannel akan berbeda dengan Multichannel. Secara singkat, inilah perbedaan keduanya:

Omnichannel→ Hadir dalam berbagai portal dengan mengedepankan interaksi yang terintegrasi. Umumnya disertai dengan database yang saling terintegrasi antar sistem

Multichannel→ Hadir dalam berbagai portal, namun masing-masing portal berdiri sendiri. 

[akan dibahas lebih lanjut dalam artikel yang berbeda]

Berikut ini adalah implementasi omnichennal yang mulai banyak di implementasikan oleh pengguna:


    1. Omnichannel Untuk Retail Sales

        Dalam konteks sales, maka Omnichannel um umnya diartikan dalam kemampuan retailer         (pebisnis retail) dalam menyediakan berbagai sales channel yang terintegrasi satu sama         lain. Pada era dimana Offline dan Online Exposure terhadap customer menjadi penting, maka         “hadir” di titik-titik dimana customer akan “berkumpul/berinteraksi” itu menjadi penting.Dalam         hal ini, retailer harus mengenal betul pelanggannya dan memetakan channel mana saja yang         kira-kira akan banyak dikunjungi oleh target market. Kemudian mereka akan berusaha untuk         hadir dalam setiap channel tersebut. Sehingga pelanggan mereka dapat melakukan transaksi         dimana saja. Hadir di beberapa sales channel tidak otomatis membuat brand tersebut berhasil         menghadirkan omnichannel. 

        Omnichannel akan benar-benar terwujud ketika masing-masing channel tersebut saling         terintegrasi satu sama lain, baik dari sisi customer maupun dari sisi seller/penjual/pebisnis:

        Sisi Customer: Dapat berinteraksi dengan seller melalui berbagai platform. Setiap platform         saling terhubung sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antar platform. 

  • Contoh kasus: Customer tetap bisa mendapatkan loyalty point meskipun mereka sering berpindah-pindah platform dalam bertransaksi. customer pun memiliki kebebasan untuk menentukan bagaimana mereka akan menerima barangnya karena mereka dapat dengan leluasa memilih jasa logistik yang akan mereka gunakan.  

  • Sisi Seller/Pengusaha: Seller dapat melakukan penjualan dalam berbagai macam sales channel (Toko, marketplace, etc) dan mengatur seluruh aktifitas yang terjadi dalam channel tersebut dalam satu dashboard. Hal tersebut dapat membuat seller/pengusaha mengehemat banyak waktu dalam mengatur keseluruhan proses bisnis. 

    2.  Omnichannel Marketing

        Selain dari area retail, Omnichannel juga dapat diimplementasikan di area Marketing. 

        Dalam konteks marketing, Omnichannel berarti:

        Menyelaraskan proses komunikasi yang terjadi dalam setiap channel marketing, sehingga         customer dapat dengan mudah merasakan presensi dari brand tersebut melalui satu         komunikasi yang terstruktur.

        Dalam prakteknya, setiap brand ditantang untuk bisa memberikan kesan yang sama melalui         setiap media yang mereka gunakan untuk berkomunikasi. Dengan adanya konsistensi dalam         berkomunikasi, efek “impresi” yang diincar akan teramplifikasi sedemikian rupa sehingga pesan         yang dikomunikasikan akan semakin tertancap di benak customer. 

        Berikut ini contoh implementasi Omnichannel:


        BTI adalah sebuah brand fashion yang menjual berbagai macam kaos & kemeja yang sesuai         untuk kebutuhan Generation Z.. Berdasarkan karakter dari Generation Z, mereka banyak         berinteraksi pada channel berikut:

  • Social media: 60% Tiktok, 40% Instagram

  • Untuk female customer, banyak bertransaksi di shopee

  • Untuk male customer, banyak bertransaksi di tokopedia 

  • Mereka banyak berkumpul di beberapa event sosial ketika weekend 

  • Mereka tidak terlalu aware terhadap loyalty program, tetapi mereka senang berbelanja menggunakan kupon.

        Untuk bisa memikat & mengunci hati para Generation Z , BTI melakukan beberapa strategi         berikut:

  • Secara marketing, BTI akan hadir di Tiktok & Instagram. Namun mereka akan menjadikan Tiktok sebagai main communication channel. Kontek di Tiktok 100% adalah original content. Untuk Instagram, 60% diisi dengan re-use material dari Tiktok dan 40% original content. 

  • Dengan channel yang berbeda, BTI tetap mengadakan program promosi yang serupa, namun dengan frekuensi dan waktu yang berbeda antara kedua platform tersebut. 

  • BTI menjadikan Shopee sebagai channel utama ketika program yang sedang diangkat adalah program untuk perempuan.

  • BTI menjadikan tokopedia sebagai channel utama ketika program yang sedang diangkat adalah program untuk laki-laki

  • BTI juga mulai aktif di Tiktok shop dengan memanfaatkan respon impulsif pengguna tiktok terhadap promosi liva (langsung) yang mereka laksanakan

  • Ketika ada live-event yang sekiranya digemari oleh banyak Generation Z, BTI akan mengadakan Pop-up Booth yang melayani penjualan menggunakan sistem PoS (Point of Sales) dengan opsi barang dikirimkan melalui tempat lain (gudang).

  • Seluruh KPI dari social media BTI dipantau melalui satu dashboard, yaitu dashboard dari IZI Analytics. 

  • Seluruh Sales Channel BTI dipantau dan diatur melalui sistem ERP Odoo & Omnichannel IZI. 


[1]https://hbr.org/2017/01/a-study-of-46000-shoppers-shows-that-omnichannel-retailing-works
[2]https://www.dieboldnixdorf.com/-/media/diebold/files/retail/insights/2019-pos-survey---real-time-retail---diebold-nixdorf.pdf





Iman Akbar Ibrahim 30 Maret, 2022
Share this post
Arsip
Masuk to leave a comment
Tips Memulai Bisnis Online
Kenapa sih harus menjadi bisnis online?